Powered By Blogger

Jumat, 02 November 2012

Manajemen Dakwah

Pendahuluan
Di masyarakat yang masih sederhana atau bersahaja, kegiatan dakwah atau (dalam pengertian sempit) tabligh biasanya dilakukan secara sederhana pula. Pengurus DKM atau Ketua Majlis Taklim cukup menugaskan anggota pengurusnya atau seksi dakwah (kalau ada) untuk menyelenggarakan Tabligh Akbar, Pengajian Umum, atau istilah lainnya. Setelah disepakati waktu dan penceramahnya, barulah para pengurus menghubungi penceramah dengan judul diserahkan sepenuhnya kepada penceramah, namun yang penting terkait dengan tema besar untuk acara bulan tertentu. Seksi Dakwah tidak menjelaskan kepada penceramah tentang latar belakang masalah yang sedang dihadapi umat, apa yang menjadi penyakit masyarakat, dan apa target yang ingin dihasilkan setelah tabligh/acara itu berlangsung.
Pada saat pelaksanaan acara pun, semua pengurus terlibat dan dilibatkan dalam kegiatan, tetapi tidak diberi tugas yang jelas. Misalnya, orang yang mengurus konsumsi adalah orang tertentu saja atau yang biasa menangani itu saja yang berlanjut dari tahun ke tahun. Maka, ketika orang yang biasa menangani itu berhalangan, maka pengurus saling mengandalkan antara satu dengan lainnya. Akibatnya, semua panitia sibuk mengurus bidang tertentu yang ditingggalkan oleh orang yang biasa mengerjakannya. Ini belum termasuk Pembaca Al-Quran, Master Ceremony (MC/protokol) atau pembaca do’a yang ditunjuk beberapa saat sebelum acara berlangsung. Bahkan,saling tidak jelas uraian tugas dan siapa yang diberi tugas tertentu, pernah terjadi seorang penceramah(yang sengaja diundang dari kota) tidak diberi transport, karena saling mengandalkan dan saling menduga atau mis-komunikasi. Si A menyangka bahwa si B yang diberi tugas menyerahkan transport tersebut, sementara si B menduga bahwa si A lah yang diberi tugas menyerahkannya. Kejadian ini baru diketahui oleh sang Ketua setelah satu minggu berlalu.
Paparan kasus tersebut di atas menggambarkan bahwa betapa penting dan urgensi sebuah pengelolaan dari sebuah kegiatan, sekecil apa pun. Pengelolaan atau tata kelola yang dimaksud adalah apa yang dikenal dengan istilah Manajemen. Pada mulanya, istilah ini dikenal di kalangan perusahaan, tetapi kemudian berkembang ke sector-sektor lain, seperti pendidikan, dakwah, atau lainnya, sehingga lahir istilah manajemen pendidikan dan manajemen dakwah.

Pengertian Manajemen Dakwah
Manajemen Dakwah, secara bahasa, terdiri atas Manajemen dan Dakwah, yang setelah di-idhafahkan memiliki pengertian tersendiri. Oleh karena itu, kita akan mencoba menelusuri pengertian kedua kata tersebut, hingga ditemukan pemahaman yang lebih kurang sama dan memadai.
1. Pengertian Manajemen
Secara bahasa Manajemen adalah berasal dari kata management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Artinya, manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.(M. Munir dan Wahyu Ilaihi, 2009: 9)
Adapun secara istilah, demikian yang dikutip M. Munir (et. al) terdapat banyak definisi yang dikemukakan para ahli, di antaranya adalah:
“The process of planning,organizing, leading, and controlling the work of organization members and of using all availabel organizational resources to reach stated organizational goals” (sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengaturan terhadap para anggota organisasi serta penggunaan seluruh sumber-sumber yang ada secara tepat untuk meraih tujuan organisasi yang telah ditetapkan).
Robert Kritiner mendefinisikan, manajemen sebagai suatu proses kerja melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses ini berpusat pada penggunaan yang efektif dan efisien terhadap penggunaan sumber daya manusia.
Berdasarkan kedua definisi di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa:
manajemen adalah proses kerja kelompok yang dilakukan dengan melalui prosedur/kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengatur, dan mengendalikan (controlling) dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber dana/fasilitas secara efektif dan efisien, untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Pengertian Dakwah
Dakwah, menurut arti logat (etimologis) adalah panggilan, menurut Endang S. Anshari (2004: 152-153) adalah seruan, dan ajakan. Sedangkan arti dakwah dalam pengertian terminologis, mencakup hal-hal berikut:
a) Dalam arti terbatas dakwah (Islam) adalah penyampaian Islam kepada manusia, baik secara lisan, tulisan, maupun secara lukisan (panggilan, seruan, dan ajakan kepada manusia kepada Islam)
b) Dalam arti luas, dakwah (Islam) adalah penjabaran, menerjemahan, dan pelaksanaan Islam dalan perikehidupan manusia, termasuk dalamnya adalah politik, ekonomi, social, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaan, dan lain sebagainya.
Selain yang disebut di atas, Endang Saefuddin Anshari, menyampaikan beberapa definisi lain dari dakwah sebagaimana tercantum di bawah ini:
1) Dorongan terhadap manusia agar berbuat kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh berbuat kebajikan, dan melarang berbuat kemungkaran.
2) Pelaksanaan amanah Allah Swt., baik amanah khilafah maupun amanah ibadah.
3) Segala aktivitas dan usaha yang mengubah satu situasi tertentu ke arah situasi lain yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam.
4) Realisasi ajaran Islam dalam pelbagai segi kehidupan manusia.
5) Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup di dunia ini yang meliputi amar ma’ruf dan nahi munkar dengan pelbagai media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perorangan, perikehidupan berumah tangga(usrah), perikehidupan bermasyarakat, dan perikehidupan bernegara.
Apabila definisi Endang Saefuddin Anshari tentang dakwah, dibandingkan dengan pandangan M. Natsir, maka sebenarnya tidak ada perbedaan yang mencolok. Namun demikian, pandangan dan definisi M. Natsir tampak jauh lebih rinci, sehingga tergambar adanya hal-hal berikut:
(1) Ada aktivitas yang dilakukan berupa usaha-usaha menyerukan/menyampaikan,
(2) Sasaran dakwahnya adalah umat manusia, baik perorangan maupun kelompok,
(3) Metode dan media yang digunakan,
(4) Materi yang disampaikan adalah pandangan dan tujuan hidup, dan
(5) Tujuan dakwah adalah menjalankan Islam dalam kehidupan pribadi, kehidupan rumah tangga, dan kehidupan masyarakat, serta kehidupan bernegara.

Unsur-Unsur Dakwah
Menurut Endang Saifuddin Anshari (2004: 153-154), unsur-unsur dakwah adalah sebagai berikut:
1) Dasar Dakwah , terdiri atas dua hal: a) dasar dakwah adalah pandangan hidup yang dijadikan landasan dakwah; b) dasar dakwah adalah Islam (Al-Quran dan As-Sunnah).
2) Tujuan Dakwah
Tujuan umum dakwah Islam adalah identik dengan tujuan hidup muslim itu sendiri.
a) Tujuan vertical, yaitu Allah atau keridhaan Allah(QS al-An’am:162-163; al-Qari’ah: 6-9; al-Kahfi: 110; Maryam: 6; al-Fajr: 27-30; al-Lail: 18-21; al-Naml: 19).
b) Tujuan horizontal, yaitu rahmbat bagi segenap alam (al-Anbiya: 108):
(1) Tujuan sebagai individu (QS al-Baqarah: 22; 209)
(2) Tjuan sebagai anggota keluarga (al-Rum: 21)
(3) Tujuan sebagai warga lingkungan (QS al-A’raf: 96)
(4) Tujuan sebagai warga bangsa (Saba: 15)
(5) Tujuan sebagai warga dunia (al-Baqarah: 201), universum (al-Anbiya: 108)
(6) Tujuan sebagai warga.
3. Subjek Dakwah
Subjek dakwah Islam adalah semua muslim mukallaf sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya masing-masing.
4. Objek Dakwah
Objek dakwah Islam adalah segenap manusia, yaitu muslim dan nonmuslim.
5. Materi Dakwah.
Materi dakwah Islam adalah al-Islam (Al-Quran dan Sunnah) tentang pelbagai soal perikehidupan manusia.
6. Metoda Dakwah
Metode dakwah Islam adalah metode dalam arti yang luas yang mencakup juga strategi, taktik, dan teknik dakwah. Metoda umum dakwah Islam menurut Al-Quran terdiri atas: a) QS al-Nahl: 125: yaitu bil hikmah (dengan hikmah); al-mau’zhatul hasanah (dengan nasehat yang baik); dan al-mujadalah billati hiya ahsan (dengan disksui yang lebih baik lagi); dan b) QS al-Jumuah: 2, yaitu: membacakan (yatlu ‘alaihim ayatihi); menyucikan (yuzakkihim), dan mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah (yu’allimuhul kitab wal-hikmah).
7. Alat Dakwah
Alat Dakwah adalah segala perlengkapan yang diperlukan untuk terlaksananta dakwah Islam, baik alat material maupun immateri, termasuk ke dalamnya yaitu organisasi, dana , tempat, juga bahasa, media, dan lain sebagainya.
8. Waktu Dakwah
Waktu Dakwah Islam akan menjawab pertanyaan kapan, berapa lama, dan berapa kali dakwah Islam itu diselenggarakan.
9. Evaluasi Dakwah
Evaluasi dakwah Islam adalah penilaian seobjektif mungkin mengenai apakah dakwah Islam yang
diselenggarakan itu mencapai target atau tujuan, baik umum maupun khusus, yangdicita-citakan.
10. Faktor X dakwah
Faktor x dakwah Islam adalah factor hidayah Tuhan. Faktor inilah yang paling menentukan. Manusia menerima Islam adalah merupakan hidayah Allah(maksudnya: adalah hidayah Ma’unah atau hidayah al-Taufiq). Hidayah termaksud adalah semata-mata rahmat anugerah Allah Swt.
Berdasarkan uraian di atas, maka Manajemen Dakwah, menurut A. Rosyad Shaleh (dalam M. Munir, 2009: 36) adalah sebagai proses perencanaan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian menggerakkan ke arah pencapaian tujuan dakwah.

FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN (GEORGE TERRY) DAN IMPLEMENTASINYA DALAM DAKWAH
Fungsi Manajemen dalam pandangan George Terry adalah (1) Planning (Perencanaan), (2) Organizing (Pengorganisasian), (3) Actuiting (Pelaksanaan), dan (4) Controlling (Pengendalian), yang kemudian disingkat dengan POAC. Untuk memudahkan implementasinya, berikut ini disajikan gambar sebagai berikut:
GARAPAN/FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (DA’I DAN SASARAN DAKWAH) SUMBER  DANA, METODE, STRATEGI, DAN MATERI DAKWAH SUMBER FASILITAS (SARANA/PRASARANA)
 PERENCANAAN ü
ü
ü
 ENGORGANISASIAN ü
ü
ü
PELAKSANAAN ü
ü
ü
PENGAWASAN ü
ü
ü
NB:
(1) Semua kegiatan POAC tersebut di atas diorentasikan untuk mencapai TUJUAN DAKWAH
(2) Keempat fungsi manajemen di atas merupakan satu kesatuan system yang tidak dapat dipilah-pilah, yang saling terkait antara satu dengan lainnya.
(3) Perencanaan adalah suatu proses yang melibatkan penentuan sasaran dan tujuan organisasi, menyyusun strategi menyeluruh untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dan mengembangkan khirarhi rencana secara komprehensif untuk mengintegrasikan dan mengordinasikan kegiatan. (Mary Robins dalam M. Munir (et. al) ,2009: 96)
(4) Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Ini merpakan langkah awal bagi pelaksanaan rencana yang telah tersusun sebelumnya.(M. Munir (et. al) ,2009: 117)

PENUTUP
Demikianlah beberapa informasi tentang manajemen dakwah, kiranya dapat kita aplikasikan dalam kegiatan dakwah kita, agar hasil/tujuan dakwah kita dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sebagai percobaan/latihan, silakan Anda buat program kegiatan dakwah di daerah Anda dengan langkah manajerial sebagaimana dipaparkan di atas: rumuskan tujuan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Selamat mencoba dan insya Allah sukses dengan izin Allah Swt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar